Beranda | Artikel
Kisah Sahabat Yang Mencintai Karena Allah
Selasa, 30 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Kisah Sahabat Yang Mencintai Karena Allah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. dalam pembahasan Kitab Ahsanul Bayan min Mawaqifi Ahlil Iman karya Syaikh Abu Islam Shalih bin Thaha Abdul Wahid rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 29 Muharram 1440 H / 09 Oktober 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Perkara Yang Memperkuat Cinta Karena Allah

Download kitab أحسن البيان من مواقف أهل الإيمان” versi PDF di sini

Kajian Tentang Kisah Sahabat Yang Mencintai Karena Allah – Kitab Ahsanul Bayan

Pada kajian kali ini, kita akan belajar bagaimana cinta karena Allah dan kita akan membaca dari ayat-ayat Allah dan dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an mengabarkan kepada kita tentang apa yang telah dicontohkan oleh kaum Muhajirin dan Anshar dalam cinta karena Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٩﴾

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” (QS. Al-Hasyr[59]: 9)

Di surat ini, Allah subhanahu wa ta’ala memuji kaum Anshar. Mereka betul-betul ikhlas dalam cinta mereka kepada kaum Muhajirin. Begitu juga kaum Muhajirin kepada kaum Anshar. Sehingga dalam ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah memuji kaum Anshar.

Kaum Anshar telah membuktikan kepada saudara-saudara mereka dari kalangan Muhajirin, tentang cinta mereka kepada kaum Muhajirin dari sisi praktek. Sampai ada orang Anshar yang berkata kepada orang Muhajirin, “Ini hartaku, aku bagi kepadamu. Dan ini rumahku, aku bagi dua antara aku dengan engkau.” Bahkan perkaranya sampai ada orang Anshar apabila dia beristri dua, dia barkata kepada saudaranya kaum Muhajirin, “Lihatlah kepada salah satu dari keduanya, apabila kau menginginkan salah satu dari keduanya, maka aku akan cerai salah satunya, kemudian jika selesai idahnya, kau nikahi dia.”

Siapa diantara kita yang datang membawa harta kemudian dia bagi dua antara kita dengan saudara kita? Siapa diantara kita yang sanggup membagi dua rumahnya antara dia dan saudara yang dia cintai karena Allah? Siapa diantara kita yang bisa melakukan dengan saudara kita yang muslim walau sesuatu yang ringan dari apa yang telah dilakukan oleh kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin? Jawabannya tidak ada antara kita seperti mereka kecuali yang Allah rahmati. Dan mereka sangat sedikit sekali.

Ini adalah pelajaran yang sangat luar biasa yang dicontohkan oleh para sahabat ridwanullahalaihim ajma’in. Dan kita berusaha untuk mengikuti manhaj (tata cara beragama) mereka.

Ada sebuah tanbih (peringatan) yang sangat penting yang beliau rahimahullahu ta’ala sampaikan dalam kitab ini. Yaitu mengikhlaskan niat hanya untuk Allah semata dalam masalah cinta karena Allah. Wajib bagi kita semua bertanya kepada diri kita sendiri dengan jujur. Apakah kita mencintai seseorang hanya karena Allah atau kita mencintai orang tersebut karena orang tersebut termasuk kelompok kita, jama’ah kita, termasuk partai kita, termasuk organisasi yang kita juga masuk kedalamnya, satu negeri dengan kita, ada kepentingan bisnis, karena nasab, atau karena Allah subhanahu wa ta’ala? Kalau kita ingin mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala dan buah yang besar yang para Nabi dan Rasul saja iri kepada orang-orang yang saling mencinta kerana Allah diakhirat dan mendapatkan naungan dari naungan Allah subhanahu wa ta’ala.

Jadi kalau kita mencintai seseorang karena dia kelompok kita, jama’ah kita, satu negeri dengan kita, mempunyai hubungan bisnis dengan kita, satu nasab dengan kita, maka pastikan itu bukan mencintai karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kalau mencintai karena Allah, dia shalih, dia muslim, dia taat kepada Allah, dari bangsa manapun, dari kelompok manapun, apapun warna kulitnya, betul-betul karena Allah, ini yang akan mendapatkan pahala yang besar dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala.

Tapi kalau cinta kepada seseorang karena dia satu partai, kalau bukan partaiku maka musuhku, kalau bukan organisasiku maka bukan kawanku, kalau ngajinya tidak bersamaku, berarti bukan kelompokku, maka cinta yang demikian bukanlah karena Allah subhanahu wa ta’ala.

Maka hendaknya mereka yang memecah-belah umat, hendaknya mereka takut kepada Allah. Yang menjadikan wala’ wal bara’didasarkan karena partai tertentu, kelompok tertentu, hendaknya mereka takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download Kajian Tentang Kisah Sahabat Yang Mencintai Karena Allah – Kitab Ahsanul Bayan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45034-kisah-sahabat-yang-mencintai-karena-allah/